oleh: Hari (Manajer External Training Program L’Ayurveda)

Seorang pegawai sedang stress karena banyak kerjaan, lalu muncullah ide brilian di kepalanya untuk LIBURAN! Lantas dia menengok isi dompet yang ternyata sudah tidak banyak, lalu muncullah beragam ide untuk mencari uang, mulai dari menagih hutang, mencari pinjaman, dan lain sebagainya. Karena cara tersebut tidak berhasil, maka dicarilah cara lain yaitu mencari hotel dan tiket murah dengan opsi pembayaran bulan depan dan lain sebagainya.
Ya! Karena LIBURAN itu adalah hak dan kewajiban!

Sahabat mungkin sedang senyum-senyum sendiri membaca skenario di atas. Kemiripan skenario dengan iklan apapun adalah kebetulan belaka karena skenario tersebut sepertinya umum terjadi pada setiap manusia yang hidup di era di mana merencanakan liburan singkat itu ada di genggaman tangan. Sekian banyak aplikasi pemesanan hotel dan tiket terdapat dalam gawai dengan sekian banyak opsi pembayaran (baca: kredit dan cicilan).

Nah! Mengapa sih kita begitu senang dengan liburan?
Konon katanya para pakar ekonomi bahwa manusia era milenial ini lebih memilih untuk membeli pengalaman daripada membeli barang (spending on experience than spending on things). Bahkan ketika manusia milenial membeli barang sekalipun, dia mementingkan experience (sehingga merek gawai tertentu sedemikian lakunya padahal harganya sedemikian mahalnya).

Tapi benarkah bahwa ini semata karena kita mencari pengalaman baru? Kalau kita baca lagi kisah di atas, jawaban yang kita tahu bersama adalah ada alasan lain selain mencari pengalaman, yaitu: Stress. Nah, mungkin sudah ada sahabat pembaca yang langsung berkelit dengan jurus-jurus kungfu. Hahaha. “Oh, bukan, saya cuma bosan saja di kantor.”; “Ah, enggak kok, cuma butuh refreshing saja.”; “Cari suasana saja, kan sumpek di kantor melulu.”

Baik, semua alasan di atas valid. Ok, bukan stress alasannya. Tapi mari coba analisa sedikit. Kalau seandainya sahabat pembaca sedang stress, apakah makin menguatkan alasan yang sudah ada? Saya yakin jawabannya 100% pasti! Jadi apapun alasannya, stress jadi faktor penguatnya. Hahaha.

Ok, kembali ke asumsi bahwa salah satu manfaat liburan adalah melepaskan stress. Benarkah ini? Yah, kalau mau jujur sih ada beberapa faktor yang perlu diperhitungkan, misalkan

  • Apakah liburannya berjalan mulus dan menyenangkan? (termasuk transportasi dan akomodasinya)
  • Apakah ada pekerjaan yang harus sambil dikerjakan saat liburan? (karena dikejar tenggat waktu)
  • Apakah liburannya menguras kantong? (ya, ini bisa jadi sumber stress baru)

Itu baru tiga faktor utama, belum lagi faktor dadakan lainnya.

Seandainya semua faktor ternyata sudah ok dan liburan memberikan manfaat melepaskan stress dan refreshing sejenak, apakah itu cukup? Sayangnya kalau kita cek semua faktor tersebut dan memperhitungkan kemungkinan masuk kerja kembali dengan berbagai penyebab stress yang ada di lingkungan kerja (serta perjalanan menuju tempat kerja – ini khusus untuk area Jabodetabek), ternyata itu tidak cukup.

Dalam berbagai pelatihan manajemen stress yang diberikan oleh L’Ayurveda, salah satu materi yang dibahas adalah menyadari berbagai akibat nyata dari stress. Kemudian juga dibahas cara kita mengatasinya selama ini, entah itu dengan liburan; menghibur diri lewat hiburan seperti karaoke dan nonton film; mencari kegiatan seperti memancing; wisata kuliner dengan makan enak; bahkan sampai ada yang memiliki kebiasaan untuk melakukan olahraga high impact seperti beladiri untuk melepaskan stress.

Liburan saja tidak akan cukup untuk mengatasi stress, itulah salah satu pemahaman dan kesadaran yang muncul saat peserta mengevaluasi berbagai langkah pengelolaan stress yang sudah ditempuh dan ternyata tidak terlalu efektif untuk digunakan sehari-hari.

Contohnya adalah liburan? Bila liburan digunakan sebagai satu-satunya cara untuk pengelolaan stress, maka tentu saja dibutuhkan liburan sesering mungkin di kala beban kerja meningkat. Padahal itu mungkin tidak bisa dilakukan karena justru jadwal kerja menjadi semakin ketat dan juga mungkin malah menambah beban finansial.

Oleh karena itulah, dalam berbagai pelatihan, utamanya adalah Ayur Stress Management, para peserta diajak untuk mencari opsi lain untuk manajemen stress yang lebih praktis, lebih aplikatif, serta bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Ya, liburan saja ternyata tidak cukup.

Mula-mula peserta diajak untuk mengenali dulu ciri-ciri, penyebab serta dampak stress pada kehidupan mereka. Inilah sesi dimana para peserta harus berjujur pada diri sendiri dan menggunakan pengetahuan dari fasilitator sebagai alat ukur tingkat stress pada diri mereka.

Ketika telah mengetahui dan mulai menyadari dampak dari stress yang begitu nyata, barulah kemudian muncul pertanyaan berikutnya: apakah stress ini akan dikelola atau tidak? Inilah pemahaman yang coba ditularkan oleh L’Ayurveda kepada para peserta workshop Ayur Stress Management dan jajaran manajemen dari berbagai perusahaan.

“Anda tidak dapat menghindari ketegangan dan tidak usah menghindarinya. Bagaimana mengolah diri Anda, bagaimana menggunakan ketegangan, kegelisahan Anda secara efektif – itu yang dibutuhkan.” Anand Krishna, Humanis Spiritual, Penulis Produktif 170+ buku

Kalimat di atas yang digaungkan oleh Bapak Anand Krishna sejak tahun 1994 merupakan inspirasi untuk program Ayur Management Stress. Kami percaya bahwa stress itu bisa dikelola, bahkan energi stress dapat ditransformasi menjadi energi kreatif untuk berkarya. Kami percaya bahwa manajemen stress yang dilakukan secara tepat dapat menggerakkan seseorang menjadi “Happy, Healthy, and High Performance Professional”.
Catatan: bagi yang ingin membaca lebih lanjut, bisa membacanya di beberapa buku karya Anand Krishna, seperti Ananda’s Neo Self Empowerment, Ananda’s Neo Self Leadership, dan lain-lain.

Selain itu, pelatihan Ayur Stress Management bisa diselenggarakan di berbagai lokasi di luar kantor, bahkan bisa diatur agar diselenggarakan di lokasi yang juga merupakan lokasi liburan, salah satunya adalah Vila Air yang digunakan oleh beberapa angkatan masinis PT. Kereta Api Indonesia. Jadinya adalah program komplit seperti yang bisa diakses di laman ini.

Coba saja simak apa kata salah satu peserta:
“Sangat menyenangkan karena selain diajarkan tentang pemberdayaan diri untuk kinerja optimal, kita juga diajarkan bagaimana cara bekerjasama dengan teman-teman yang lain dan diberikan kesempatan untuk meluapkan emosi dan masalah yang ada di dalam diri kita agar kita menjadi lega.” Muhammad Panca Ismu Masinis, PT Kereta Api Indonesia (Persero)

Bayangkan Anda mendapatkan materi-materi berkualitas tentang manajemen stress dan kesehatan holistik yang bisa langsung dipraktikkan di tengah tenang dan segarnya alam! Ayur Stress Management at Vila Air: Happy & Healthy Professional adalah paket all-in-one selama 2 hari 1 malam! Anda tidak perlu pusing memikirkan program seperti apa, bagaimana istirahat, bagaimana makanan, bagaimana pulang perginya. Cukup siapkan tim Anda untuk berangkat dalam program 2 hari 1 malam ini!

Ingat! Harvard Business Review menyatakan bahwa para pegawai yang bahagia dan bisa mengatasi stressnya memiliki produktivitas 31% lebih tinggi, menghasilkan penjualan 37% lebih banyak, dan 3 kali lebih kreatif dibandingkan mereka yang stress!

Informasi lebih lanjut tentang Ayur Stress Management dapat diklik di sini.

Open

Informasi & Konsultasi (Phone) 021-75915813