oleh: Hari (Manajer External Training Program L’Ayurveda)
Konon ini adalah bagian dari sejarah yang terjadi di Cina tempo dulu yang terkait dengan Mencius, seorang filsuf Cina masyhur yang pemikirannya banyak mewarnai kebudayaan Cina hingga hari ini. Cerita ini terkait dengan sang ibunda yang membentuk Mencius menjadi seorang filsuf bijak.
Mencius dan ibunya telah ditinggal mati oleh ayahnya sejak masih sangat kecil. Sang ibu harus membesarkan Mencius dalam kondisi ekonomi yang sulit. Tidak lama setelah ayahnya meninggal, mereka harus pindah rumah yang terletak tidak jauh dari pemakaman. Beberapa lama setelah tinggal di sana, Mencius kecil mulai menirukan ratapan para peratap bayaran (ya, peratap bayaran. Anda tidak salah baca. Profesi ini memang ada bahkan hingga hari ini di Cina daratan.)
Sang ibu yang kuatir kemudian memutuskan untuk mencari rumah baru. Akhirnya merekapun bisa pindah ke rumah. Rumah baru ini terletak tidak jauh dari pasar. Eh, tidak berapa lama setelah tinggal di sana, Mencius kecil mulai menirukan teriakan para pedagang di pasar. Perlu kita ketahui bahwa profesi pedagang bukanlah profesi mulia di kalangan orang Cina zaman dulu, apalagi keluarga Mencius adalah keturunan bangsawan dan cendekiawan. (Kalau zaman sekarang, sepertinya lebih menguntungkan jadi pedagang. Hahaha)
Sang ibu lagi-lagi memutuskan untuk pindah rumah untuk ketiga kali. Kali ini rumahnya terletak dekat sekolah. Lagi-lagi Mencius meniru apa yang ada di sekitarnya. Mencius mulai meniru cara mereka menghapal dan mulai belajar. Sang ibu memutuskan untuk menetap di rumah tersebut dan singkat cerita Mencius menjadi cendekiawan-cum-filsuf ternama.
Pengaruh lingkungan dan pergaulan memang sangat penting. Tidak satu atau dua kali kita mendengarkan peringatan untuk menjaga lingkungan dan pergaulan karena hampir semua business coach dan management expert membahas hal ini. Bahkan Bapak Anand Krishna mengemukakan bahwa hal ini sudah dikenal sejak setidaknya 5000 tahun silam dengan istilah “Satsang” atau “Pergaulan yang Tepat dan Menunjang”. Beliau mengatakan bahwa tepat untuk bisnis tidak berarti tepat untuk pendidikan; tepat untuk materi tidak berarti tepat untuk spiritual; dan lain sebagainya. (Silakan baca buku-buku beliau atau bisa juga melihat video-videonya untuk penjelasan lebih lanjut)
Lalu apa konteksnya dengan bisnis Anda? Sederhana saja, saya akan menggunakan contoh yang bisa kita renungkan bersama. Bayangkan saja bila kantor Anda terdiri dari 30 orang. Nah, 25 pegawai yang masuk kerja hari itu baru saja mengalami berbagai masalah di rumah, entah itu berupa pertengkaran di rumah, pembantu yang tidak beres, mobil mogok, dan 1001 hal lainnya. 25 pegawai yang masuk hari itu datang dalam keadaan stress dan ternyata ditambah lagi hari itu, bos dan customer juga memberikan stress tambahan!
Sedangkan 5 orang pegawai lainnya sebenarnya datang dengan kondisi semangat dan siap kerja. Eh, setibanya di kantor, mereka menghadapi lingkungan dan suasana yang sangat sangat tidak kondusif. Kira-kira, menurut Anda apa yang akan terjadi di kantor hari itu? Apakah kantor akan produktif? Apakah 5 orang tersebut bisa berdampak positif pada 25 orang? Ataukah lebih mudah bagi 25 orang untuk mempengaruhi 5 orang?
Itulah alasan kami di L’Ayurveda mengajak para pegawai institusi untuk setidaknya mempelajari cara manajemen stress. Dan bukan hanya 1-2 orang yang perlu ikut tapi sebanyak mungkin. Mengapa? Karena pengaruh lingkungan dan suasana adalah hal yang sulit untuk dinafikan tapi bisa kita kondisikan. Bayangkan kalau contoh tadi dibalik, dimana 25 orang yang menghadapi masalah itu bisa melakukan manajemen stress sehingga 5 orang yang bersemangat tadi jadi lebih mudah menyemangati 25 orang lainnya. Produktivitas!
Recent Comments